Monday, July 03, 2023

SEARCHING FOR AESTHETIC IN VANDALISM

AESTHETICS VANDALISM WITH PHOTOGRAPHY COLLAGE ARTS
Oleh : Daus Adrian

Kolase- Foto dan Vandalisme yang dibuat dengan tangan sendiri secara analog ini, adalah bentuk Idealisme estetis pribadi dalam penyampaian cerita kedalam frame tersebut. Dengan tujuan para penikmat dapat merasakan yang walau dalam sempitnya sebuah frame apakah karakter-karakter yang dihadapkan dengan konfliknya, mampu berdiri, menghadapinya, menggunakan pemikiran-pemikiran diluar nalar dengan kecerdasannya? Atau mereka hanya pergi, melarikan diri, meninggalkannya, baik dengan anggun, bodoh ataupun dalam kepengecutannya (baik dalam sastra, musik, lagu, maupun film) masing-masing?

Hal yang semestinya harus dimengerti secara luas dengan beratus-ratus halaman, lantunan-lantunan musik dan melodi ataupun dengan puisi/pantun.

Dan saya peringatkan bahwa karya-karya Kolase Foto ini adalah suatu penciptaan dengan nilai penyimpangan yang cukup berat dan kotor terhadap karya-karya seni yang terilbat, (terutama fotografi), maka bisa juga kalian bilang saya penjahat. Karena dalam proses mencipta saya selalu mencuri, memotong, menggunting, membakar, berantakin habis-habisan foto-foto indah yang indah milik orang lain. 




Harus lebih dahulu mengacaukan dan membuat ketidakaturan, dengan begitu pula saya bisa menyadari dan menghargai keindahan tersebut.
Yah maaf dengan sangat, saya tau pasti perasaan, kemarahan anda bila kedapat beberapa karya anda telah saya gunakan. Tapi saya sama sekali tidak merendahkan, justru jauh sebaliknya, penghargaan yang tertinggi dalam hati saya untuk mengembangkannya.

Saya bukan manusia yang baik dari dulu. Jadi selalu ada suatu rasa/hasrat bipolar, katarsis untuk menghancurkan, merusak dsb. Saya akui itu, karena emosi yang tiba-tiba datang meledak itu sudah menghancurkanku selama ini. Jadi saya minta tolong pengertianya sebentar saja. 

Pengaruh-pengaruh / inspirasi datang dari semua tempat memang. Tapi kali ini, karena saya telah mengambil-curi hasil karya orang lain, sekalian saja saya pikir bila saya juga mengambil tema konten dari karya-karya orang lain yang melibatkan bukan hanya indera visual kita, tapi dari berbagai indera perasa dan insting manusia lainnya seperti karya-karya musik, sastra, buku, cerita, artikel, puisi, temperatur, warna hingga film (walaupun dalam film modern sudah terdapat rasa-rasa tadi).


Biasanya yang terangkat adalah hal2 yang terngiang terus diotak setelah saya membaca atau mendengar. Misalnya dalam “Moby Dick”, saya selalu teringat saat2 kematian kapten Ahab ditubuh paus putih itu, atau di lagu “Hapiness is a Warm Gun”, yang ada dipikran saya adalah todongan pistol dikepala mungkin adalah kebahagiaan sejati. Dalam "Come as You Are", seakan Cobain sendiri mengajak saya tanpa paksaan hanya dengan melodi alternatif nya, untuk melihat alam nyata yang ada hanya dalam pikirannya. Yang jelas pada "1984"nya George Orwell, kota lingkup Dystopian seperti itu masih sangat mungkin terjadi, sudah terlihat bukan..? CCTV yang dapat beralih fungsi menjadi telescreening, mampu mengawasi detail rahasia dan privasi orang. Dan akhirnya yang paling penting adalah negara atau partai, mungkinkah? 

Karenanya saya berusaha untuk membuat pameran berdasarkan seniman-seniman yang saya hormati dan kenali beberapa karyanya. Karena begitulah sebenarnya seluruh isi karya saya adalah dedikasi untuk para pencipta ruang dan waktu tersebut



Tp didalam ruangan proses itu semua, seperti ada kekuatan Agung yang lebih besar dari emosi, yang menyemangati saya menyalurkannya ke dalam sebuah bentuk karya visual, apalagi kl ada 6 kaleng bir yg dingiiiin sekali.

Itu yang benar-benar saya rasakan, saat saya merusak. Dorongan diluar nalar bagaikan perintah tuhan, bahkan saya sama sekali tidak pernah percaya dengan tuhan. Tapi dorongan untuk berjalan itu selalu ada, walau saya juga tidak pernah begitu teelalu peduli dengan hasil akhir karya-karya saya sendiri. 

Karena tujuan itu bukanlah suatu jawaban untuk saya, tapi perjalanan atau prosesnyalah yang membuat saya hidup, terlebih serasa menjadi bagian dari kemanusiaan. 


Karena saya sangat percaya bahwasanya karya-karya Seni dan Budaya manusia merupakan suatu Pencapaian Tertinggi dan Terbesar dari Umat Manusia. Bukan roket, mobil, televiai, komputer, mini chip, atom, relativitas, perjalanan ke bulan atau mars sekalipun. Jika ingin menghancurkan suatu bangsa, hilangkan, hancurkan atau bengkokkan nilai-nilai Seni dan Budayanya, maka keber"Ada"an bangsa tersebut pasti musnah. 

Karena Seni dan Budayalah yang membedakan kita dengan makhluk-makhluk lain. Tanpa "Rasa" tersebut apalah kita menjadi?. Ya, binatang bila tak berkembang secara akal dan robot tak berperasaan bila mampu maju berkembang secara teknologi atau sains.

Itulah kira-kira kurator yang saya sangat hormat dan saluti, kenapa saya ingin membuat pameran dengan tema dan teknis secara spesifik tadi. Tentu pendapat anda mungkin berbeda, tapi bukankah itu indahnya.

 







No comments:

Post a Comment